Resep Panjang Umur

"Resep Panjang Umur"


Sepulang sekolah, aku dan teman-teman pulang bersama-sama seperti biasa. Kami melewati jalan lain, karena jalan yang biasa kami lewati masih diperbaiki. Tiba-tiba ada kerumunan orang banyak, kami pun segera berlari untuk melihatnya. Ternyata yang dikerumuni itu adalah seorang peramal yang membawa ramuan banyak. Kami kira ada orang kecelakaan. Dan akhirnya kami pun ikut melihat. Setelah beberapa menit, kerumunan itu segera bubar, kami pun segera pergi. Tapi, tiba-tiba peramal itu memanggil aku. “Hai, Dik, kemarilah aku akan meramalmu!” kata si peramal. Jalanku pun terhenti karena panggilannya. Lalu, aku pun mendatanginya.

“Ada apa Mbak, apa anda memanggil saya?” kataku. “Ya, kemarilah!” jawabnya. “Kamu harus hati-hati, karena sepulang sekolah sekarang kamu tidak akan selamat.” katanya. Aku pun menjawab dengan terkejut, “Emang kenapa Mbak, apa yang akan terjadi pada saya nanti?”. “Kamu akan tertabrak mobil dan meninggal!” kata si peramal. “Apa yang harus saya lakukan, agar saya tidak meninggal?

Saya masih ingin hidup Mbak.” Aku pun menjawab dengan tenang. “Aku tahu caranya, agar kamu tetap selamat.” jawab si peramal. Aku pun berbalik tanya, “Bagaimana Mbak, apakah mungkin?” peramal itu menjawab lagi “Mungkin saja, asalkan kamu mengikuti apa yang saya katakan dan jangan lupa honornya!” Aku menjawab, “Honornya berapa Mbak? tapi saya nggak punya uang, ini uang Rp. 5.000,- punya ibu saya, buat beli beras.”

“Terserah kamu, kamu masih mau hidup apa nggak? Kalau nggak mau, ya sudah!” jawab mbaknya. “Ya deh Mbak, nggak papa, yang penting aku selamat, ini Mbak.” Dan akhirnya aku diberi resep panjang umur yaitu aku pulang harus dengan berjalan miring sambil mengulurkan lidah. Aku pun mengikuti apa yang diperintahkan oleh peramal tadi. Aku pulang dengan berjalan miring dan menjulurkan lidah. Semua orang melihatku dengan heran dan juga ada yang menertawaiku. Wajahku langsung merah dan jalanku gemetaran, gara-gara aku malu.

Sesampainya di depan rumah, ibuku melihatku seperti ini dan langsung marah-marah. “Apa yang kamu lakukan, Nak? Kenapa kamu jalannya seperti itu? Malu-maluin saja! kata buku sambil marah-marah.” Belum sempat aku menjawab, ibuku bertanya lagi. “Oh ya, mana berasnya? Tadi kan sudah biu beri uang Rp. 5.000,- buat beli beras? Jangan bilang kamu telah menghilangkan uang itu, beras itu untuk jatah makan kita hari ini!” Aku pun takut menjawabnya, pasti ibu akan marah besar padaku. “Kenapa diam saja? ayo jawab!” bentak ibuku. Aku pun menjawab dengan ketakutan. “Maaf bu, uangnya aku buat beli resep panjang umur.” Ibu menjawab dengan terheran-heran “Apa maksud kamu Nak? Ibu tidak mengerti.” Aku pun menceritakan semua yang telah terjadi padaku sepulang sekolah.

Setelah mendengar ceritaku, ibuku menasehatiku, “Nak, yang mengetahui panjang pendeknya umur kita, hanyalah Tuhan Yang Maha Esa. Jadi, kamu jangan pernah percaya sama yang namanya peramal.” “Ya bu!” jawabku. Ibuku bicara lagi “Karena uang yang untuk beli beras kamu buang sia-sia, jadi untuk sekarang sampai besok kamu tidak bisa makan karena berasnya habis.” Aku pun menyesali perbuatankyu tadi dan untuk hari ini aku harus menahan lapar. Setelah itu, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

blog comments powered by Disqus